RESPON
Respon
itu bagaimana sikap kita terhadap sesuatu, terhadap orang lain. Respon itu termasuk
bagaimana ekspresi kita pada orang lain saat berinteraksi dengan orang lain.
Kini aku paham bahwa ‘respon’ yang kita berikan kepada orang lain dapat menjadi
ladang pahala bagi kita dan kupahami itu setelah mencoba menjadi makhluk sosial
seutuhnya. Bersalaman, berbicara, berbaur, bertanya pada orang lain, dan
aktivitas lainnya.
Ada
sebuah ‘respon’ yang mungkin orang lain anggap biasa namun bagiku luar biasa: Saat
kemarin selesai kuliah, aku beranikan diri menghampiri profesorku yang baru
saja mengajar 2 jam 40 menit di kelas. Aku bertanya mengenai bagaimana ekonomi
masyarakat di zona penyangga, bagaimana pengambilan data untuk ekonomi,
bagaimanakah data primer dan sekundernya. Lalu aku jelaskan kepada beliau
amanah yang saat ini sedang aku emban. Respon beliau begitu membangkitkan semangatku.
Beliau mengatakan “Bagus itu, saya senang. Kalau mau hubungi kontak Whatsapp saya saja.” Kalau kamu yang
baca saat ini menggambarkan ekspresi beliau yang biasa saja, maka aku yakin
yang kamu rasakan pun biasa saja. Akan tetapi, profesor itu menjawab sambil
tersenyum dan nada senang yang lembut. Respon beliau membuatku semakin
bersemangat, menimbulkan perasaan senang karena diapresiasi.
Kemudian
saat aku berkunjung ke Yayasan Kosgoro di Dramaga, aku mendapatkan pelajaran
lainnya mengenai ‘respon’: Sadid. Anak yayasan yang tidak bisa diam. Selalu
saja ditegur oleh teteh yang menjaga mereka. Saat makan malam bersama, Sadid
tidak menghabiskan makanannya lalu aku hampiri sadid. “Sadid makannya diabisin dulu, sini makan bareng aku ya.
Aku temenin, aku juga belum abis kok. Kita makan bareng-bareng.”
Akhirnya Sadid melanjutkan makan, namun tetap tidak habis karena sudah merasa
kenyang. Waktu itu yang dipikiranku adalah bagaimana anak itu menghabiskan
makanannya sehingga aku bilang ke Sadid “Sadid kok udah selesai, aku aja
masih belum selesai.” Ekspektasiku adalah dia melanjutkan makan tapi dia bilang
“Gapapa kok, aku temenin tapi aku udah selesai makannya.” dia mendekat
kepadaku sambil tersenyum lebar. Sadid yang bandel menghilang dari pikiranku
seketika, kini yang aku lihat adalah Sadid yang aktif dan berhati baik.
Membuatku merasa senang.
Ada
satu dialog bersama teman yang membuatku tertampar. Saat aku bertanya pada
temanku “Menurutmu aku nyebelin kalau udah kayak gimana?” lalu dia jawab “Kalau
aku lagi cerita dan kamu jawab aku tapi matamu ke Hp terus, kalau udah sibuk
pasti fokus ke Hp dan respon ke orang lain seadanya.” DUH TAZKIAH! Semenjak itu
setiap teman yang bercerita dan berbicara padaku selalu aku tatap wajahnya dan
aku berikan respon yang setidaknya lebih panjang walau sedang sibuk. Setelah
ketiga pengalaman tersebut aku merasa lebih bersemangat dan senang, dan aku
pikir aku akan lebih senang ketika orang lain pun merasa senang dan bersemangat
setalah mereka berbicara padaku. Seperti menularkan sesuatu pada orang lain,
dan sesuatu itu adalah kebaikan J
Komentar
Posting Komentar