Kapan "Main Bareng"?


This post dedicated to dream that have not been achieved. "I remember that glorious night not too long ago when i was pumped full of  big ideas. I was promised to myself on that year the dream would be accomplish and i resolve to make it happen. "

Main Bareng
Apa itu Main Bareng?
sebuah mimpi yang harusnya tahun lalu udah mulai perlahan dicapai tapi karena nekad mengambil amanah lain, mimpi itu jadi ketunda. Sebuah mimpi terusan dengan segudang gereget hati setelah banyak mengambil pelajaran indah dari perjalanan bersama Bina Desa BEM KM IPB 2 tahun berturut-turut.

Entri blog ini didedikasikan dan dipublikasikan untuk Main Bareng, begitu pula untuk entri blog berikutnya sampai Main Bareng terwujud.
-
-
-
Malam itu, ragu hati untuk memutuskan apakah lewat saja atau berhenti sejenak dan ajak bicara?
ajak bicara tiga anak yang sedang bercanda. Tapi aku sadar, kalau tidak memulai kapan lagi mimpi itu akan aku pantik?
-
Risman, Yogi, dan Fajar berumur sekitar belasan tahun. Mereka susah sekali kalau diajak bicara, Selalu bercanda, tapi dari bercandaan mereka aku tahu mereka masih punya keluarga bahkan Yogi dan Fajar yang masih pulang ke rumah mereka. Wajar bagiku untuk mereka yang sering ditemui di jalan untuk bercanda dengan kata-kata yang kurang baik bagi anak seumur mereka. "Uang yang kalian dapet dari orang untuk apa?" Mereka jawab "Uangnya buat makan kaak, sama warnet," "iya buat main game.
-
Risman, dia akan mudah ditemui duduk di salah satu minimarket dengan kardus yang ia letakkan di depannya, kadang dia terlihat bercanda bersama. Kadang juga dia duduk di dekat Bank pinggir jalan raya, menunggu angkot penuh untuk dia tumpangi mengamen. Aku sejujurnya belum belajar bagaimana berkomunikasi baik dengan anak-anak seperti Risman. Banyak segudang pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu apa itu menyinggung perasaannya atau tidak. "Kamu sendirian di sini man? Kamu kalau tidur di mana? kalau mandi gimana? sering sholat gak?" dasar wanita banyak tanya. Tentu semua jawaban aku dapat dengan bertanya perlahan-lahan dan mengalir. Risman, asal Cianjur, tidak ingin pulang ke rumah dan katanya pergi dari rumah dengan alasan yang sampai saat ini aku belum dapat jawabannya.
-
"Man, ada yang pernah ajak main gak kakak-kakaknya?" Tanyaku
"Gak ada, cuma ajak belajar sama ngaji."
"Oh iya, siapa aja kakak-kakaknya?"
Risman menjawab yang sudah aku duga. Ya, kakak-kakak itu dari salah satu pondok yang ada di sekitar Babakan Raya dan juga dari Rumah Visioner (aku gak segan buat nyebutin nama tersebut karena memang bagus sekali kegiatan mereka untuk mengajarkan adik-adik sekitar kampus yang membutuhkan pendidikan).
"Risman pengennya pergi ke mana?" aku harap jawaban dia memberikan petunjuk padaku cita-cita dia karena dari kemarin aku tanya Risman tidak menjawab.
"Ngamen." jawabnya yang malah bikin aku bilang dalam hati, "yaa... oke Risman"
"Gak mau ke mana-mana gitu? main ke Jakarta atau ke mana."
"Udah sering aku ke Jakarta kak, ke priok, ke muara." Aku lupa, aktivitas mengamennya pasti sudah berpengalaman sampai ke Jakarta.
-
"Risman, udah mau maghrib sholat dulu"
"Gak bisa kak, dipipisin kucing celananya."
Aku bingung jawabnya, aku suruh ganti tapi aku tahu untuk ganti dengan celana baru pun sulit.
"Pakai sarung masjid bisa kan?" "Iya, aku mandi dulu tapi." "yaudah sekarang man, iya nanti nunggu Fajar sama Raka dulu." "Kakak gak pulang?" hee, iya ya aku sendiri keasyikan ngobrol waktu itu dengan Risman.
Setelah sore itu aku bertanya, apakah memang jarang dari kita yang peduli dan memikirkan mereka ataukah banyak namun tidak ada keinginan untuk berusaha dari adik-adik ini?

Bogor, musim hujan 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How to be 'positive' and happy with the easiest way

'Kayaknya gak nyampe deh'

Katanya pengen 'Gabut'