Gagal itu SUKSES YANG TERTUNDA


Gagal.
Tahun 2015 gue gagal masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Memang berat bagi gue, SMA gue bukanlah sekolah formal yang selama tiga tahun belajar pelajaran-pelajaran konvensional. Pada kelas 10 dan 11, yang gue lakukan dengan teman-teman sekelas adalah membuat project IT- membuat software dan games, lalu pada kelas 12 kita mengejar biologi, fisika, matematika, kimia, dsb dalam setahun untuk menghadapi ujian. Wow gak? Yang dipelajari oleh anak lain selama 3 tahun hanya gue pelajari selama 1 tahun. Alhasil, tidak semuanya terserap dengan baik dan terpelajari. Alhamdulillah lulus UN walau nilai pas-pasan. Gue yang gak biasa belajar pelajaran konvensional pun belajarnya masih mood-moodan karena belum terbiasa. Guenya aja sih yang emang kurang ajar, gak berusaha mempush diri sendiri untuk menghadapi UN apalagi SBMPTN.

Ya, setelah UN hal yang fokus gue pelajari adalah untuk SBMPTN. Gue pun ikut bimbel. Namanya juga bimbel, cuma review-review pelajaran dengan cepat…sedangkan otak gue masih loading abis. Karena bingung dan masih cetek banget, gue suka malu buat konsul, apalagi bareng temen-temen gue yang SMAnya formal, mereka udah pada ngerti materinya dari awal. Iyalah, kalau gak ngerti buat apa selama 3 tahun belajar konvesional? *no offense, that’s the fact.  Kacau dah, yang gue serap ibaratnya kayak benang kusut, gak kesusun rapi di otak. Sistem pengajaran  Kimia, fisika, biologi, dan matematika di Idonesia masih ngebuat otak murid2nya di kotak2an, di otak sebelah sini fisika, satunya biologi, kimia, mtk. Sayangnya  otak gue jadi bingung dengan ‘pemisahan2’ itu karena di sekolah gue, kita bereksperiment dengan fisika yang otomatis mencakup mtk. mengaplikasikan langsung. Gak teori dan hanya hitungan kayak gini.

SBMPTN tiba. Pilihan satu, dua, dan tiga gue di universitas terkenal semua. Satu dua di UI, dan ketiga di IPB. Tiga-tiganya program studi favorit. Gue milih ketiganya bukan karena sombong dan gak nyadar kemampuan diri. Beuh gue sadar banget. Umurlah yang ngebuat gue dan orangtua gue berpikir untuk ambil aja karena gue kecepetan setahun, kalau pun tidak lulus masih normal kalau mengulang tahun depan, umurnya gak telat. NAH, pemikiran itu bener. Gue gak lulus SBMPTN. Gue nangis pas lagi liburan di Bandung, ya tapi gimana yak, emang kemampuan gue masih segitu. Alhamdulillah orangtua gue adalah tipe orangtua yang mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi kegagalan, bukan orangtua yang malah cemas sendiri dan ketakutan nasib anaknya karena gagal SBMPTN. Kita pun langsung mencari tahu tentang RONIN NF, kelas bimbel untuk alumni yang ingin berjuang setahun lagi agar lulus SBMPTN dan diterima di PTN idaman. Putusan akan nasib gue pun akhirnya sudah fix, gue akan berjuang setahun lagi di RONIN NF.

Accept your past without regret,
handle your present with confidence,
and face your future without fear

It’s okay. Gue gak nyesel sekolah di SMA gue yang mendrill gue setahun belajar UN, Alhamdulillah gue bersyukur bangeeet malah  bersekolah di sana karena banyak hal lain yang gak akan gue temui dan alami di sekolah konvensional lain. Bukan sesuatu hal yang memalukan kalau gue gagal SBMPTN, gagal itu untuk kita bangkit kembali dengan daya tahan mental yang telah terupdate. 
Tapi bagaimana kita bertindak positif menghadapi ke'gagal'an tersebut 
 .
.
Di RONIN NF gue ketemu orang-orang hebat. Mereka orang-orang yang masih kuat untuk belajar keras lagi demi mengahadapi ujian-ujian tulis. Di RONIN NF ini gue ngerasa belajar bareng, konsul bareng, dan bareng-barang lainnya lebih berasa, bahkan mau ikutan Try Out pergi bareng-bareng, ngadain Bakti Sosial susahnya bareng-bareng  (walau gak semuanya). Yang paling berkesan untuk gue sendiri adalah kelas sore gue (Jadwal RONIN NF sore untuk mereka yang sambil kuliah maupun kerja). Kita bisa belajar ataupun nanya-nanya soal ke temen kita yang jago sampai malem, sampai omongan kadang udang ngelantur dan nyambung kemana-mana. Inget ketawa bareng mereka-mereka juga, apalagi pas jadwal kelas BIP (konsul-konsul selain pelajaran gitu, bisa rohani, motivasi, psikologi dsb). 

Sampai gak nyangka waktu berlalu begitu aja, hingga tiba waktu pengumuman, kala itu bulan Ramadhan. Kebetulan banget saat 10 hari terakhir, beuh makin khusyuk aja doanya sampai air mata banyak yang tercurahkan. Kita menanyakan bagaimana kabar pengumuman masing-masing. Gue seneng banget ngeliat temen gue ada yang akhirnya berhasil masuk kedokteran walau lewat Ujian Mandiri, ada juga diterima di ITB (temen paling baik dan sabar kalau ngajarin orang), dan walau ada beberapa teman yang memang belum rezeki lulus PTN idaman mereka. Bagaimana dengan gue?

Alhamdulillah gue lulus SBMPTN
Kala itu doa gue bukan "Ya Allah semoga saya diterima di UI (pilihan 1 dan 2 gue)." tapi doa gue yang tertulus dan terdalam adalah "Ya Allah berikanlah yang terbaik untuk HambaMu ini, karena sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui apa yang baik untuk hambanya." Gue cek lewat web UI karena web resmi SBMPTN down terus. Syok dan gatau mesti apa. Tulisan yang gue dapati adalah "Anda tidak lulus." Hati gue gemeteran, berusaha untuk buka web resmi SBMPTN. Gue takut, pilihan 1 dam 2 gue gak lulus. Bagaimana dengan pilihan 3 gue?
Alhamdulillah, MahaBesar Allah dan MahaBaik Allah yang telah memberikan nikmat dan rezeki kepada hambaNya. Gue lulus di pililahan ketiga gue. SILVIKULTUR, INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Rasanya mau nangis, ini memang bukan yang gue pengen apalagi karena IPB itu jauh dari rumah gue. Tapi yang gue yakinin pada saat itu juga adalah, ini yang terbaik dari Allah :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Partner yang Menyeimbangkan

How to be 'positive' and happy with the easiest way

Menyederhanakan mimpi yang tidak sederhana