Menjadi Partner yang Menyeimbangkan

Selama menjalani kehidupan kampus hingga menjadi guru saat ini, yang namanya berpartner itu selalu ada. Organisasi, pekerjaan, ataupun kehidupan pribadi. Selama ini pula sudah banyak yang dipelajari terkait hubungan dalam berpartner. Semua hubungan selalu harus ada evaluasinya untuk lebih baik lagi dalam memposisikan diri sebagai partner, namun berpartner bukan hanya menilai dan dinilai namun juga memberi dan diberi. Take and give. Apa yang bisa kita berikan yang terbaik sebagai seorang partner. Kita harus selalu ingat apa tujuan kita dan partner, berhasil menjalankan project organisasi? Menjadi profesional yang kompak? Menyelesaikan penelitian bersama dengan baik? Menjalani kehidupan bersama lebih baik? Bila sudah satu tujuan, berikanlah hal yang terbaik yang bisa kita berikan, lakukan usaha sekemampuan kita, jadilah orang yang baik tanpa menyakiti. Menjadi partner yang baik adalah ketika kita berhasil menyingkirkan ego kita demi kepentingan bersama serta menjadi partner yang mampu menyeimbangkan. Bila tidak mampu menyeimbangkan, yang terjadi adalah kecacatan dalam menjalankan amanah bersama. Berjalan namun miring sebelah. Sebagai contoh, saya menjadi salah satu kadiv di organisasi, mimpi ketua organisasi saya besar, project yang kami kerjakan banyak, bila saya tidak mampu mengusahakan dan berperan aktif, bagaimana ketua saya dapat terbantu? Ataupun saya bersemangat menjalankan project namun staff divisi saya tidak menyambut baik semangat saya, apa bisa project diselesaikan bersama dengan baik? Saya sebagai guru, bila saya sebagai partner asal-asalan dalam berusaha mencari jalan keluar dari sebuah masalah yang dihadapi anak murid, bagaimana dapat mendidik murid tangguh dalam menyelesaikan masalah? Saya sebagai teman dan sahabat, tak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi teman, bagaimana bisa saya menjadi teman yang baik? Saya sebagai pasangan hidup seseorang (sekali seumur hidup), tak mampu bersemangat dalam memperbaiki diri sebagai istri maupun ibu dan tidak turut bersemangat bersama pasangan dalam melakukan kebaikan, bagaimana bisa tujuan dan keharmonisan rumah tangga kami kelak tercapai? Belajar menjadi partner yang mampu menyeimbangkan langkah adalah penting, dalam semangat, dalam bertindak, dalam berpartisipasi, dan dalam berbagai hal. Adakah orang yang menginginkan partner yang tak mampu menyeimbangkan dirinya? Tak masalah bila ada saja kekurangan dalam diri karena yang terpenting adalah kesungguhan kita untuk berusaha menjadi baik sebagai seorang partner.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Kayaknya gak nyampe deh'

How to be 'positive' and happy with the easiest way